Contoh literature review Jurnal Akuntansi

AKUNTANSI KEPERILAKUAN REVIEW JURNAL Psychological Biases, Main Factors of Financial Behaviour - A Literature Review O

Views 40 Downloads 5 File size 225KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE

Recommend Stories
Citation preview

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

REVIEW JURNAL Psychological Biases, Main Factors of Financial Behaviour - A Literature Review

Oleh: Kelompok 3

Putu Winning Arianandini

[1881611001 / 01]

Putu Kemala Vidyantari

[1881611004 / 04]

Gusti Ayu Raisa Ersania

[1881611007 / 07]

Ida Bagus Agung Haridharma Purba

[1881611008 / 08]

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019

Judul Artikel

:

Penulis Penerbit Edisi Tahun

: : : :

A. A.1

Psychological Biases, Main Factors of Financial Behaviour - A Literature Review Blerina Dervishaj, MSc. European Journal of Natural Sciences and Medicine Volume 1, Issue 2 pp: 25-35 2018

Pendahuluan Fenomena Penelitian Studi dari beberapa penulis pada waktu dan tempat yang berbeda pada perilaku

investasi telah menciptakan bidang keuangan baru yang telah diterima secara luas yaitu perilaku keuangan. Cara baru untuk menganalisis faktor yang semakin penting dalam pengambilan keputusan investasi ini, pada dasarnya memeriksa mengapa orang tidak membuat keputusan yang perlu diambil dan mengapa pasar tidak bereaksi seperti yang diharapkan dan harus bereaksi. Behavioural finance didasarkan pada asumsi bahwa struktur informasi dan karakteristik peserta pasar secara sistematis mempengaruhi keputusan investasi individu serta kinerja pasar keuangan. A.2

Pokok Masalah Penelitian Pada umumnya dalam membuat keputusan haruslah berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan yang matang sehingga tercipta keputusan yang rasional. Namun banyak investor dalam membuat keputusan tidak menyadari bahwa terdapat beberapa faktor atau bias yang dapat mempengaruhi sikap dalam pengambilan keputusan sehingga menjadi tidak rasional, contohnya adalah bias psikologis. Jika investor sadar akan bias psikologis yang mereka hadapi, mereka dapat membuat keputusan keuangan dengan cara yang lebih rasional. A.3

Tujuan Penelitian Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan investor pada bias psikologis

sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih logis ketika berinvestasi, mengurangi peluang mereka untuk jatuh cinta pada itu, karena konsekuensi dari kesalahan para pelaku mikro ini mau tidak mau tercermin pada tingkat makro, menyebabkan ketidakstabilan dan krisis ekonomi-keuangan. A.4

Manfaat Penelitian

1

Manfaat dari makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran serta solusi untuk investor mengenai bias perilaku dalam pengambilan keputusan sehingga investor dapat mengambil keputusan secara lebih rasional dan mampu meningkatkan kualitas keputusan mereka. B. B.1

Kajian Pustaka Bias Psikologis Pola berpikir dan perasaan investor memengaruhi perilaku mereka ketika

membuat keputusan investasi. Dampak-dampak ini dikenal sebagai bias psikologis atau perilaku. Pompian [2011] menyatakan bahwa bias ini dapat berpengaruh secara kognitif dan emosional. Bias kognitif meliputi: overconfidence, representativeness, anchoring, framing, konflik kognitif, availability, akuntansi mental, dan sebagainya. Prasangka emosional meliputi: keengganan terhadap kerugian, optimisme, dan bias status quo. Shefrin [2000] mengklasifikasikan bias psikologis dalam bias berdasarkan teori heuristik dan bias berdasarkan teori framing. Bias heuristik meliputi: overconfidence, optimisme berlebihan, representativeness, anchoring, dan availability. Bias framing meliputi: loss aversion, akuntansi mental, disposition effect, dan sebagainya. Berdasarkan

teori

ini

sebaiknya

investor

harus

mewaspadai

adanya

penyimpangan ini. Sebagian besar dari mereka menjadi bagian alami dari perilaku manusia, mereka dapat secara negatif mempengaruhi kemampuan untuk meningkatkan posisi keuangan. B.2 1]

Bias Berdasarkan Heuristik Representativeness Representativeness bias [bias keterwakilan] adalah stereotip pengambilan

keputusan sebagai perwakilan dari semua anggota grup. Dalam investasi, keterwakilan adalah bias untuk lebih optimis tentang investasi yang berkinerja baik baru-baru ini dan lebih pesimistis untuk investasi yang berkinerja buruk di masa lalu. Jadi investor lebih suka membeli saham yang memiliki pengembalian tinggi yang abnormal baru-baru ini sebagai indikator investasi yang baik [Chen et al., 2007]. Bias muncul ketika investor memberi label investasi baik atau buruk berdasarkan kinerjanya saat ini. Akibatnya mereka membeli saham setelah harga naik, mengharapkan kelanjutan pertumbuhan ini dan mengabaikan pembelian saham ketika harga mereka di bawah nilai dasar mereka [Baker dan Ricciardi, 2014]. 2] Availability 2

Availability bias [bias ketersediaan] mengacu pada bias manusia untuk menilai probabilitas suatu peristiwa terjadi atau frekuensinya, dari fasilitas yang dapat ditarik kembali. Ini terjadi ketika kita melebih-lebihkan kemungkinan sesuatu terjadi baik karena peristiwa serupa telah terjadi baru-baru ini, atau karena kita merasa sangat emosional tentang peristiwa serupa sebelumnya. Pengingatan yang mudah menunjukkan bahwa jika sesuatu lebih mudah diingat, maka ada kemungkinan yang lebih tinggi bahwa itu akan terjadi. Ketika kita membuat keputusan, kita cenderung terkena dampak dari apa yang kita ingat. Apa yang kita ingat, dipengaruhi oleh berbagai elemen seperti kepercayaan, harapan, emosi dan perasaan, serta frekuensi pemaparan. Sebuah studi oleh Karlsson, Loewenstein, dan Ariely [2008], menunjukkan bahwa orang lebih cenderung membeli asuransi untuk melindungi diri mereka sendiri setelah bencana alam yang baru saja mereka alami daripada membeli asuransi sebelum bencana terjadi. Contoh lain adalah saham perusahaan penerbangan mengalami penurunan harga secara drastis sampai minggu pertama setelah bencana terjadi. Ketika peristiwa mulai dilupakan, harga saham mulai naik lagi [Kahneman, 2011]. 3] Anchoring Anchoring [penjangkaran] terjadi ketika seseorang memungkinkan informasi spesifik untuk mengontrol proses pengambilan keputusan kognitifnya. Ketika orang ingin memperkirakan jumlah yang tidak diketahui, mereka merujuk ke nilai tertentu dan evaluasi yang mereka lakukan dekat dengan nilai yang mereka maksudkan [yang berfungsi sebagai anchoring]. Ketika berinvestasi, investor sering mendasarkan keputusan mereka pada sumber informasi pertama yang mereka perlihatkan [misalnya harga pembelian awal suatu aset] dan mengalami kesulitan menyesuaikan sudut pandang mereka terhadap informasi baru. Untuk menghindari anchoring, investor perlu mempertimbangkan berbagai alternatif investasi dan tidak memfokuskan keputusan keuangan mereka pada titik referensi informasi tertentu [Ricciardi, 2012]. 4] Gamblers Fallacy Gamblers fallacy [kekeliruan judi] merupakan ketidakmampuan untuk memahami probabilitas dapat menyebabkan asumsi dan prediksi yang salah mengenai terjadinya suatu peristiwa. Menurut bias ini, seseorang percaya secara tidak sengaja bahwa kejadian peristiwa acak tertentu kurang mungkin terjadi setelah serangkaian peristiwa terjadi. Cara berpikir ini tidak benar, karena peristiwa masa lalu tidak mengubah kemungkinan peristiwa tertentu terjadi di masa depan. 3

Dalam keadaan tertentu, investor dapat dengan mudah jatuh pada bias ini. Sebagai contoh, beberapa investor percaya mereka harus menutup posisi [menjual satu saham], karena saham overtraded dan sangat diperkirakan untuk jangka waktu yang lama, dan mereka tidak berpikir bahwa posisi ini akan terus membaik [harga akan naik]. Di sisi lain, investor lain dapat terus memegang saham yang nilainya turun beberapa kali karena mereka melihat penurunan harga lebih lanjut adalah tidak mungkin. Ketika suatu peristiwa bersifat independen, peluang untuk hasil spesifik di masa mendatang tetap sama terlepas dari hasil sebelumnya. Menjual saham hanya karena keyakinan Anda bahwa bias yang berkepanjangan cenderung berubah setiap saat adalah tidak rasional. 5] Overconfidence Overconfidence [terlalu percaya diri] adalah bias psikologis di mana orang melebih-lebihkan akurasi mereka atau probabilitas bahwa hasil tertentu akan terjadi [Campbell et al., 2004; Glaser dan Weber, 2010]. Keyakinan berlebihan didefinisikan dalam tiga bentuk: [1] Melebih-lebihkan kinerja saat ini; [2] Tumpang tindih kinerja orang tersebut dibandingkan dengan orang lain; dan [3] Melebih-lebihkan keakuratan informasi yang dimilikinya. Bias ini mempengaruhi keputusan keuangan investor dan manajer. Keyakinan berlebihan manajer dapat menjelaskan tingginya tingkat kegagalan bisnis yang baru didirikan [Camerer dan Lovallo, 1999]. Dalam sebuah survei terhadap 300 manajer dana profesional, dihasilkan bahwa 74% dari mereka percaya bahwa mereka memiliki kinerja di atas rata-rata, sementara 26% menganggap diri mereka rata-rata, sehingga hampir 100% responden percaya bahwa kinerja pekerjaan mereka rata-rata atau di atas rata-rata. Ini dianggap sebagai korban bias psikologis yang paling luas di mana manusia berada. B.3

Bias Berdasarkan Teori Perspektif Bias ini menggambarkan kondisi mental yang mempengaruhi proses

pengambilan keputusan individu, termasuk regret aversion, loss aversion, dan akuntansi mental [Waweru et al., 2008]. 1] Regret Aversion Penyesalan adalah rasa tanggung jawab atas kehilangan atau kekecewaan. Keputusan masa lalu dan hasilnya menginformasikan keputusan saat ini, tetapi penyesalan dapat mengalihkan pengambilan keputusan. Rasa takut merasa menyesal dapat memainkan peran utama dalam mencegah atau memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Bias tidak menyukai penyesalan 4

[regret aversion] menggambarkan keinginan untuk menghindari perasaan penyesalan yang dialami setelah membuat keputusan dengan hasil negatif. Investor yang dipengaruhi oleh bias ini mengambil risiko lebih sedikit, untuk mengurangi potensi hasil yang buruk. Bias dapat menjelaskan keraguan investor untuk menjual investasi yang telah menderita kerugian, untuk menghindari menghadapi kenyataan bahwa mereka telah mengambil keputusan yang buruk. 2] Loss Aversion Penghindaran kerugian [loss aversion] adalah bentuk perasaan penyesalan. Bias ini dapat mendorong investor untuk melebih-lebihkan potensi kerugian jangka pendek dan meremehkan pengembalian jangka panjang dan keuntungan diversifikasi. Myopic loss aversion adalah situasi di mana investor menjadi sangat khawatir dengan dampak negatif dari kerugian dibandingkan dengan dampak positif dari jumlah laba yang sama, mengambil posisi jangka pendek terhadap investasi. 3] Akuntansi Mental Akuntansi mental [mental accounting] merupakan sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Richard Thaler [1999], akuntansi mental mencoba menggambarkan proses yang digunakan orang untuk mengkode, mengkategorikan, dan mengevaluasi hasil ekonomi. B.4

Efek Herding Pasar dan pesertanya saling tergantung satu sama lain, yang berarti bahwa reaksi

orang-orang mempengaruhi perkembangan pasar dan sebaliknya. Investor sebagai makhluk sosial berusaha untuk berada di suatu tempat. Selain bagian sosial, mereka juga mendapat informasi dari interaksi dengan orang lain. Ini sangat penting pada saat krisis dan ketidakamanan ketika seseorang mungkin tidak berpengalaman memilih untuk mengikuti yang lain, menggunakan prinsip "yang lain lebih tahu". Efek herding [herding effects] menjadi penting ketika menjelaskan gelembung dan krisis pasar. Bias biasanya bukan strategi investasi yang sangat menguntungkan. Ini berarti bahwa banyak investor yang mengikuti kerumunan mungkin memasuki permainan terlambat dan cenderung kehilangan uang, sementara investor infront dari bias mulai dengan strategi baru. Di pasar modal, investor yang mengikuti bias ini mendasarkan investasi mereka keputusan tentang keputusan kerumunan untuk membeli atau menjual saham. B.5 1]

Bias Psikologis Lainnya Confirmation Bias 5

Bias konfirmasi [confirmation bias] dapat menimbulkan masalah bagi investor. Ketika seorang investor ingin melakukan investasi, dia mungkin secara tidak sadar cenderung mencari informasi yang mendukung keyakinannya mengenai investasinya dan dia mungkin tidak dapat melihat informasi yang menyajikan berbagai ide. Hasilnya adalah pandangan sepihak tentang situasi yang dapat menyebabkan investor membuat keputusan yang buruk tentang jenis investasi yang mereka pilih atau saat membeli atau menjual aset. 2]

Disposition Bias Investor cenderung memberi label investasi sebagai winner atau loser. Bias

disposisi dapat mendorong investor untuk menahan investasi terlalu lama sehingga tidak lagi memberikan manfaat. Bias terdiri dari bias menjual aset yang mengalami kenaikan nilainya dan menolak menjual aset yang nilainya turun. 3] Retrospective Bias Contoh yang jelas dari bias retrospektif: jika sinyal gelembung jelas pada saat itu, itu mungkin tidak meningkat dan akhirnya meledak. Ilusi bahwa kita memahami masa lalu, menstimulasi kepercayaan pada kemampuan kita untuk memprediksi masa depan. 4] Familiarity and Home Bias Pengaruh keakraban pada pilihan investasi, berhubungan juga dengan negara di mana investor tinggal. Beberapa investor cenderung membeli saham dari perusahaan di negara mereka alih-alih pembagian risiko melalui investasi di berbagai negara. Sama seperti potensi risiko meningkat dari investasi berlebihan di bagian tertentu, itu juga dapat diperluas dari investasi berlebihan di negara tertentu. 5] Self-attribution Bias Investor yang menderita bias self-attribution, cenderung mengaitkan hasil yang berhasil dengan kemampuan pribadi mereka dan hasil buruk dengan nasib buruk [Shepherd, 1999]. Mereka sering memanifestasikan bias ini sebagai pembelaan diri. Investor yang dipengaruhi oleh bias atribusi-diri dapat memperoleh kepercayaan diri yang berlebihan. Ketika portofolio mereka tumbuh, mereka mengambil kredit, tetapi ketika mereka kalah, mereka segera menyalahkan faktor eksternal di luar kendali mereka, misalnya: kekuatan pasar. 6] Optimism Bias Untuk mengelola bias ini, dianjurkan untuk melakukan pre-mortem [Gary Klein, 2007]. Pre-mortem adalah kebalikan hipotetis dari post-mortem. Idenya sederhana: sebelum mengambil keputusan yang berisiko [seperti memulai bisnis atau berinvestasi 6

di saham], bayangkan itu diambil beberapa bulan yang lalu dan mengakibatkan kegagalan yang dramatis. Sekarang pikirkan semua kemungkinan alasan kegagalan ini. Metode ini memaksa orang untuk bertindak melawan bias konfirmasi mereka sendiri, bias alami untuk mencari hanya bukti yang mendukung keyakinan asli. Pre-mortem akan mengurangi rasa sakit post-mortem yang menghantam ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan optimis. 7] Planning Fallacy Bias ini merupakan fenomena yang dikemukakan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky pada tahun 1979, yang menurutnya prediksi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas di masa depan, menunjukkan bias optimisme dan meremehkan waktu yang diperlukan. Planning fallacy menggambarkan bias bagi orang untuk melebih-lebihkan kecepatan kerja mereka atau untuk meremehkan waktu yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan berbagai hal. Ini adalah bias yang lebih kuat untuk tugas yang panjang dan rumit dan menghilang atau memudar untuk tugas sederhana yang lebih mudah untuk diselesaikan [Buehler et al., 1994] 8] Endowment Effect Terjadi ketika kita melebih-lebihkan barang yang kita miliki, terlepas dari nilai pasar obyektifnya [Kahneman, Knetsch, dan Thaler, 1991]. Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa orang akan memperkirakan sesuatu yang sudah mereka miliki, lebih dari sekadar barang serupa yang tidak mereka miliki, terutama barang-barang yang biasanya tidak dibeli atau dijual di pasar, biasanya barang-barang yang penting secara simbolis atau emosional. Menurut pepatah lama: Lebih baik punya burung di tangan daripada dua di pohon. C. C.1

Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang termasuk ke dalam kategori

penelitian kepustakaan atau kajian literatur [literature review]. Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan atau temuan yang didapat melalui beragam informasi kepustakaan [buku, publikasi ilmiah, dan dokumen] serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu. C.2 Jenis dan Sumber Data

7

Jenis data yang digunakan dalam artikel ini adalah data kualitatif berupa informasi-informasi dari hasil penelitian terdahulu. Sedangkan berdasarkan sumbernya, artikel ini menggunakan data sekunder berupa publikasi ilmiah yang terdapat pada jurnal-jurnal yang dikumpulkan. Terdapat 22 publikasi ilmiah yang berhubungan dengan bias psikologis untuk digunakan dalam literature review ini. C.3

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi karena peneliti mengumpulkan dan merangkum penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan bias psikologis yang mempengaruhi perilaku investor ketika berinvestasi di pasar modal. Data-data yang didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. C.4

Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi

bibliografi. Anotasi berarti suatu kesimpulan sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal, atau beberapa sumber tulisan yang lain, sedangkan bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber dari suatu topik. Langkah-langkah analisis dalam artikel ini dirumuskan sebagai berikut. 1] Mengorganisasi literatur yang akan ditinjau atau di-review. Literatur yang direview merupakan literatur yang relevan dengan permasalahan. Adapun tahap dalam mengorganisasi literatur adalah mencari ide, tujuan umum, dan simpulan dari literatur dengan membaca abstrak, beberapa paragraf pendahuluan, dan kesimpulannya, serta mengelompokkan literatur berdasarkan kategori-kategori 2]

tertentu; Mengidentifikasi isu-isu kontroversi dalam literatur. Isu kontroversi yang dimaksud adalah isu yang dianggap sangat penting untuk dikupas atau dianalisis,

3]

guna mendapatkan suatu tulisan yang menarik untuk dibaca; Menyatukan hasil review literatur menjadi suatu ringkasan agar menjadi satu

4]

kesatuan yang padu, dengan mencari keterkaitan antar literatur; Memberikan pendapat akhir peneliti mengenai kajian literatur yang dilakukan.

D.

Hasil Penelitian Berdasarkan kajian kepustakaan yang dilakukan peneliti, penelitian ini

memberikan hasil bahwa faktor-faktor atau bias psikologis yang mempengaruhi 8

perilaku investor dalam membuat keputusan ketika berinvestasi dikelompokkan menjadi empat, yang ditinjau dari: [1] Heuristik; [2] Teori Perspektif; [3] Efek Herding; dan [4] Bias Psikologis Lainnya. Faktor pertama yaitu heuristik merupakan prinsip yang menggerakan suatu individu untuk membuat penilaian secara cepat dengan sedikit usaha [Suartana, 2010]. Bias yang didasarkan pada heuristik dalam penelitian ini diproksikan dengan: representativeness, availability, anchoring, gamblers fallacy, dan overconfidence. Faktor kedua adalah teori perspektif. Teori perspektif menggambarkan kondisi mental yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan seseorang. Contoh perilaku investor yang digambarkan dengan teori perspektif adalah investor cenderung berhatihati ketika memilih saham [kehati-hatian investor dalam memilih saham melibatkan sebuah proses dalam pengambilan keputusan]. Bias yang didasarkan pada teori perspektif dalam penelitian ini diproksikan dengan: regret aversion, loss aversion, dan akuntansi mental. Faktor ketiga adalah efek herding. Efek herding merupakan perilaku yang menjelaskan seseorang untuk meniru apa yang sedang ramai atau tren [ikut-ikutan]. Contoh efek herding yang dikaitkan dengan perilaku investor dalam pengambilan keputusan adalah ketika investor cenderung untuk mendasarkan keputusan investasinya dengan melihat tindakan investor lain. Hasil yang digambarkan dari efek herding dalam penelitian ini adalah perilaku herding dapat memicu kesalahan penetapan harga dari suatu saham karena terjadi bias di antara investor dalam melihat risiko dan return yang diharapkan dari suatu saham. Faktor keempat adalah bias psikologis lainnya yang diproksikan dengan confirmation, disposition, retrospective, familiarity and home, self-attribution, optimism, planning fallacy, dan endowment effect. Bias psikologi lainnya memiliki peran penting sebagai faktor-faktor penentu investor dalam membuat keputusan investasi. Hasil yang ditunjukkan dari bias-bias tersebut beragam, namun secara keseluruhan bias ini menggambarkan perilaku investor di pasar modal. E.

Kritik dan Saran Berdasarkan review yang dilakukan, maka dapat diberikan kritik dan saran

kepada peneliti sebagai berikut. 1] Artikel yang disusun oleh peneliti merupakan gabungan dari berbagai penelitianpenelitian terdahulu yang berhubungan dengan bias psikologis di pasar modal. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan sesuai dengan perkembangan 9

pasar modal terkini, kami berpendapat agar peneliti selanjutnya dapat menggunakan kajian literatur ini dengan menggunakan pengujian secara statistik yang diharapkan mampu memperoleh hasil yang lebih mendalam sesuai dengan 2]

fenomena yang diangkat. Menurut kami, peneliti belum menjelaskan alasan yang spesifik mengapa membatasi mengumpulkan bias-bias yang diangkat dalam permasalahan artikel ini karena masih terdapat banyak bias lainnya yang berhubungan dengan perilaku investor di pasar modal. Contohnya pada bias kognitif, selain bias-bias yang disebutkan masih terdapat bias lain yang menjadi pertimbangan seperti conservatism bias, illusion of control bias, dan insight bias. Hal ini menurut kami menjadi masukan kepada peneliti selanjutnya agar mampu mengumpulkan lebih

3]

banyak bias yang bertujuan untuk melengkapi kajian-kajian literatur sebelumnya. Sepemahaman kami mengenai kesuksesan berinvestasi di pasar modal tidak hanya dipengaruhi oleh pemahaman akan metode analisis investasi yang digunakan saja, melainkan pentingnya memahami aspek psikologis keperilakuan investor. Artikel ini memberikan informasi yang mendukung investor untuk mengambil tindakan

4]

yang lebih tepat ketika berinvestasi di pasar modal. Kesimpulan kelompok kami adalah artikel ini sudah disusun dengan baik. Tidak hanya ditinjau dari isi, namun juga komposisi dan struktur. Kami berharap penelitian ini dapat direplikasi pada pasar modal di Indonesia mengacu kepada fenomena-fenomena yang terjadi, sehingga mendapatkan lebih banyak informasi mengenai bias psikologis yang mempengaruhi investor ketika berinvestasi.

10

Video liên quan

Chủ Đề